Shalat farel adalah latihan spiritual, yang berasal dari India dan dipraktikkan oleh banyak umat Hindu.

Ini adalah latihan spiritual yang bertujuan membimbing kehidupan seseorang melalui meditasi dan pengabdian.

Shalat farel berbeda dari sekadar bermeditasi karena melibatkan penyelartikelan serangkaian praktik renungan tertentu.

Kata 'farel' dalam bahasa Sansekerta berarti 'mengalir' dan 'prayoga' berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti 'cara melakukan sesuatu.' Oleh karena itu, nama 'farel-prayoga joko tingkir,' atau cara mengalir pengabdian.

FPJ \\LIMA\\ - LIMA FASE: DALAM LIMA FASE FARELPRAYOGA JOKO TINGKIR, ADA LIMA AMALAN YANG HARUS DILAKUKAN SETIAP HARI UNTUK MENCAPAI TUJUAN SPIRITUAL.

Ini adalah 1) memahami keheningan; 2) mengendalikan pikiran; 3) mengendalikan ucapan; 4) tindakan pengendalian; dan 5) mengembangkan detasemen dari keterikatan duniawi.

 Shalat farel mencakup seperangkat praktek sehari-hari seperti pembacaan mantra, pemujaan tubuh dan keheningan total.

Shalat farel bukan sekedar ritual kosong melainkan memberikan kekuatan batin dan tuntunan bagi jalan spiritual seseorang.

Ini membantu seseorang untuk menjadi lebih welas asih, damai, bahagia dan sehat di alam batin.

Ini juga membantu seseorang untuk mengendalikan kemarahan, kecemburuan, keserakahan, dan emosi destruktif lainnya di alam batin.

Semua ini berasal dari ketidaktahuan bagaimana mengendalikan pikiran dan emosi mereka di alam luar.

 Mantra penuntun untuk melakukan farelprayoga joko tingkir (FPJT) adalah Om Namo Bhagavate Vasudevaya- yang artinya 'Dia yang hidup dengan nama Dewa Wisnu .' Seseorang mengucapkan mantra ini sebanyak 108 kali dengan arti dan maksud yang berbeda untuk setiap suara.

Mereka juga memuja tubuh mereka dengan melantunkan 108 nama Ganesha.

Seseorang juga harus tetap diam selama proses meditasi sehingga pikirannya dapat menjadi hening dan tenang.

Selama proses ini, mereka juga harus berpikir untuk menjadi lebih welas asih, mencintai, dermawan dan tanpa pamrih terhadap kemanusiaan.

 Sholat Farel adalah amalan yang dapat membawa pada pertumbuhan spiritual yang luar biasa dan kedamaian di bumi.

Itu dapat memberikan kenyamanan dan bimbingan bagi mereka yang paling membutuhkannya dalam hidup.

Siapapun dapat berlatih farelprayoga joko tingkir dengan mengikuti lima langkah yang disediakan di bawah ini.

 Dalam puisinya 'farel prayoga joko tingkir,' (diterjemahkan sebagai 'doa fatel di atas kuda cepat'), Cicek Akbas mempersembahkan metafora yang sama tentang seorang musafir yang lelah ditemani cahaya Allah.

Dia berkata: 'Saya telah bepergian begitu lama, begitu banyak waktu telah berlalu sejak Saya mulai.

Angin telah meniup Saya jauh dan luas.' Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia lelah dari perjalanannya dan dia sedang mencari perlindungan di gua suci Allah.

Cicek kemudian berdoa kepada Allah untuk melindunginya dari segala kejahatan dan memberinya ilmu spiritual.

Dia menutup doanya dengan kata-kata yang kuat ini: 'Gua Farel (Allah) menyala terang Melalui mana pengetahuan mengalir seperti air!

Gagasan yang disampaikan dalam karya puisi ini adalah bahwa terlepas dari sifat manusiawi kita, kelemahan atau kelelahan, kita masih dapat menemukan bimbingan spiritual jika kita mencarinya cukup keras.

Penyair Cicek telah mengalami cobaan besar dalam hidupnya, termasuk kehilangan semua anaknya kecuali satu saat lahir saat kelaparan sebelumnya.

Namun, meski di tengah penderitaan besar, ia berhasil menemukan kedamaian dan kebijaksanaan di gua suci Allah.

 ADA BEBERAPA METAFORA SERUPA YANG DIGUNAKAN DALAM PUISI CICEK UNTUK MENYAMPAIKAN RASA KENYAMANAN DAN BIMBINGAN SPIRITUALNYA.

Dalam metafora ini, musafir diwakili oleh Cicek sendiri dan Allah oleh pemandu atau pendamping yang berjalan di samping musafir sepanjang perjalanan.

Panduan atau pendamping ini sering disebut sebagai 'fal' dalam karya puisi sepanjang sejarah.

Misalnya, dalam 'farel prayoga joko tingkir', Cicek menggambarkan petunjuk Allah sebagai binatang yang mirip api dengan dua kaki, Sayap, dan mata.

Selain itu, Cicek juga mengumpamakan cahaya Allah dengan seekor kuda yang gesit yang membawanya melewati kegelapan kehidupan di bumi.

Salah satu Sura terbesar dalam Quran adalah al-Fatel al-Kabir.

Itu juga dikenal sebagai Sura al-Kahfi.

Itu dinamai gua tertentu di mana nabi suci Muhammad menunggangi wabah ketika dia berusia 65 tahun.

Sura adalah serangkaian gambar yang hidup, mudah diingat, dan spiritual.

Salah satu gambar ini adalah seorang pria yang menunggang unta melalui padang pasir dengan pemandunya, 'fal' (nyala api).

Baik pria maupun unta itu lelah karena perjalanan mereka, tetapi keduanya dihibur oleh kehadiran Allah.

Gambaran lain yang jelas dari sura ini adalah seorang pria terbungkus kain kafan berjalan sepanjang malam bersama teman-temannya.

Dia tiba-tiba membuka kain kafannya untuk mengungkapkan bahwa dia tidak lain adalah Yesus Kristus yang bangkit dari kematian!